Sejarah memiliki nilai yang sangat penting dan berharga bagi kehidupan di masa depan. Sejarah sarat akan pendidikan moral karena mengungkap peristiwa yang pada dasarnya memuat dua sifat: baik dan buruk; benar dan salah; berhak dan tidak berhak; cinta dan benci; dan sebagainya. Seorang dari pendiri bangsa (founding fathers) menyampaikan sebuah makna dari sejarah yakni “sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya”. Berangkat dari pemahaman ini maka aspek sejarah perkembangan Politeknik Negeri Ambon menjadi komponen penting bagi pertimbangan mengenai perkembangan Politeknik ke depan. Kata kunci untuk mengungkap keberadaan Politeknik Negeri Ambon dalam sejarahnya dapat dimulai dari pertanyaan; mengapa politeknik dibutuhkan di Indonesia?
Visi & Misi Cikal bakal pendidikan politeknik di Indonesia dimulai dari pendirian sebuah perguruan tinggi swasta yakni Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta pada tahun 1968. Kampus ini diinisiasi oleh Germany Institute sehingga sistem pendidikannya berbasis produksi atau PBET (Production Based Education and Training).
Lulusannya sangat cepat terserap di dunia industri pada saat itu. Hal ini disebabkan ATMI membekali mahasiswa/lulusannya untuk menjadi ahli madya yang terampil dan berkarakter sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Setelah kehadiran ATMI, pada tahun 1973 Pemerintah Indonesia menandatangani Perjanjian Kerjasama Teknik dengan Pemerintah Swiss melalui Swiss Contact untuk membangun politeknik mekanik di Institut Teknologi Bandung (ITB). Politeknik hasil kerjasama ini dinamai Politeknik Mekanik Swiss-ITB. Politeknik ini mulai beroperasi pada tahun 1976, dengan penekanan pada practical application on industrial technology, khususnya di bidang Precision Mechanics, perkakas produksi, perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi, serta gambar perancangan sistem. Program pendidikan berlangsung selama tiga tahun dan berjenjang. Dua tahun pertama sebagai tingkat dasar dan satu tahun berikutnya untuk tingkat lanjut, sesuai spesialisasi masing-masing. Tamatan program dua tahun atau tingkat dasar mendapat sertifikat sedangkan tamatan program tahun ketiga mendapatkan diploma yang diakui oleh negara.
Proyek kerjasama ini dinilai berhasil oleh Pemerintah karena diakui sangat relevan dalam mendukung pembangunan industri di Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun 1979 dikembangkan lagi enam politeknik baru (beroperasi pada tahun 1982/1983), dan satu Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik (Polytechnic Education Development Centre) di Bandung dengan nama Proyek Politeknik I.
Dibandingkan dengan proyek awal, maka program pendidikan di Proyek Politeknik I lebih beragam yang meliputi bidang keahlian Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Sipil. Kampus politeknik pada proyek I ini meliputi pendidikan politeknik di Universitas Sumatra Utara (Medan), Universitas Sriwijaya (Palembang), Universitas Indonesia (Depok), Institut Teknologi Bandung (Bandung), Universitas Diponegoro (Semarang) dan Universitas Brawijaya (Malang). Keberhasilan-keberhasilan dari proyek-proyek politeknik terdahulu dalam penyiapan tenaga kerja terampil di industri kemudian ditindaklanjuti dengan membuka 11 politeknik lain pada kampus induk yang belum memiliki politeknik di era tahun 1982. Proyek ini dinamai Proyek Politeknik Tahap II.
Politeknik Universitas Pattimura menjadi satu dari 11 politeknik yang masuk dalam proyek tahap II
Politeknik ini merupakan cikal bakal Politeknik Negeri Ambon (Polnam) yang dikenal saat ini. Keberadaan Politeknik Universitas Pattimura, disahkan sesuai Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0211/U/1982 tertanggal 26 Juni 1982. Pada saat itu, politeknik ini menawarkan program Diploma II (D2) pada 3 (tiga) jurusan yakni Jurusan Teknik Sipil, Jurusan Teknik Mesin dan Jurusan Teknik Elektro.
Untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur, dimulailah pembangunan gedung kuliah, laboratorium dan kantor serta penyiapan tenaga dosen dan peralatan laboratorium pada tahun 1986. Proses perkuliahan pertama dimulai tepat pada tanggal 5 Oktober 1987. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai Dies Natalies Polnam hingga saat ini. Proses perkuliahan untuk ketiga jurusan yang dibuka, masih dilaksanakan di kampus Unpatti, baik secara teori maupun praktek. Namun, setelah selesainya pembangunan infrastruktur ruang kuliah teori pada tahun 1988, perkuliahan teori berpindah ke lokasi yang telah dibangun tersebut hingga saat ini. Pemenuhan fasilitas praktek terlaksana pada era 1989 sampai dengan 1999 dengan berkembangnya fasilitas laboratorium/bengkel. Peristiwa-peristiwa penting yang menandai perjalanan Polnam disajikan secara eksplisit dalam gambar berikut ini.

Adapun tanggal 12 Juni 1998 menjadi salah satu catatan sejarah baru bagi Politeknik Universitas Pattimura. Diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 128/O/1998, menandai perubahan nama Politeknik Universitas Pattimura menjadi Politeknik Negeri Ambon atau yang disingkat saat ini sebagai “Polnam”. Keputusan ini menandai berdirinya Polnam sebagai sebuah institusi pendidikan vokasi yang mandiri.
Tahun yang sama juga menandai sebuah tonggak sejarah baru bagi Polnam dengan meningkatnya status penyelenggaraan program dari program pendidikan Diploma II menjadi Diploma III, serta penambahan 2 jurusan baru yaitu Jurusan Administrasi Bisnis dan Jurusan Akuntansi. Keputusan perubahan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi RI Nomor 254/Dikti/Kep/1998.
Dinamika sejarah perkembangan Polnam berlanjut di era pasca perubahan status sejak tahun 1998. Tercatat bahwa Polnam pernah mengalami situasi yang sangat kelam akibat konflik kemanusiaan yang melanda Maluku pada kurun waktu 1999 sampai dengan 2004. Konflik tersebut mengakibatkan seluruh bangunan fisik serta fasilitas kampus Politeknik Negeri Ambon yang dimiliki mengalami kerusakan berat. Seluruh bangunan hangus terbakar, dan seluruh fasilitas yang dimiliki pada laboratoriumlaboratorium mengalami penjarahan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Hal ini tentunya menjadi kemunduran yang besar bagi pendidikan di Maluku saat itu. Proses Proses perkuliahan pada era 1999-2004 harus dilangsungkan pada kampus-kampus alternatif, yaitu kampus alternatif Halong (Kompleks Lantamal Halong), serta Kampus Alternatif Mardika-Belakang Soya. Untuk menjembatani kebutuhan akan kompetensi praktik, kegiatan praktikum terpaksa dilakukan di sekolahsekolah menengah kejuruan yang ada ataupun mengirimkan mahasiswa ke politeknik terdekat
Sejalan dengan pemulihan proses belajar mengajar pasca konflik Maluku tahun 1999, secara bertahap dilakukan proses pengadaan dan perbaikan aset yang dimiliki sejak tahun 2001 sampai dengan 2004. Untuk menampung dan memberdayakan peralatan yang ada, pada periode itu muncul bengkel-bengkel alternatif di Mardika dan Belakang Soya. Seiring dengan selesainya rehabilitasi gedung-gedung perkuliahan pada tahun 2005, aktifitas perkuliahan di Kampus Wailela kembali berjalan secara normal. Kondisi ini terus berlanjut hingga saat ini
Seiring dengan perkembangan tuntutan pasar tenaga kerja, Polnam berupaya untuk meningkatkan status program pendidikan yang ditawarkan. Upaya ini akhirnya menghasilkan dua program studi baru yakni Program Diploma IV Administrasi Bisnis Terapan pada tanggal 10 September 2014 dan Program Diploma IV Teknik Informatika pada tanggal 17 Oktober 2014. Pembukaan program diploma IV ini berlanjut ke tahun 2015 melalui pembukaan Program Dploma IV Manajemen Proyek Konstruksi dan Program Diploma IV Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan.
Polnam juga menerima penugasan untuk menyelenggarakan Pendidikan Diluar Domisili (PDD) di Banda Neira dan Masohi. Pembukaan program studi diluar domisili dengan jenjang diploma IV dilakukan pada 31 Maret 2015 melalui SK Nomor 143/M/KP/IV/2015. Izin penyelenggaraan Program Studi Diluar Domisili pada Politeknik Negeri Ambon, diwujudkan melalui pembukaan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Program Studi Budidaya Perairan yang diselenggarakan di Banda Neira.
Kemudian Izin penyelenggaraan Program Studi Diluar Domisili pada Polnam melalui pembukaan Program Studi Akuntansi Sektor Publik, Program Studi Teknik Informatika, Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, dan Program Studi Pariwisata.
Pembukaan program studi terus berlanjut. Hingga tahun 2018 Polnam telah memiliki 20 program studi yang terdiri dari 5 program studi berjenjang Diploma III dan 15 program studi pada jenjang Diploma IV. Hal lain yang tidak kalah menarik sebagai bagian dari sejarah Politeknik Negeri Ambon, adalah diberikannya kepercayaan pada Politeknik Negeri Ambon untuk mengembangkan Lembaga Sertifkasi Profesi (LSP) oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan pengembangan Pusat Unggulan Teknologi (PUT).
Melalui rintisan yang dilakukan dengan pembiayaan yang bersumber dari proyek Polytechnic Education Development Project (PEDP), pada tahun 2018 LSP ini dibentuk sesuai Surat Keputusan Direktur Politeknik Negeri Ambon No 46/PL13/KL/2015. Pada tahun 2017 LSP P1 Politeknik Negeri Ambon terlisensi oleh BNSP sesuai Surat Keputusan No 0096/BNSP/I/2017. Bidang keahlian dalam skema sertifikasi yang diuji dalam proses sertifikasi kompetensi meliputi Standar kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) pada bidang keahlian teknik mesin, sipil, listrik, administrasi bisnis, dan akuntansi.
Adapun Pusat Unggulan Teknologi telah dirintis oleh proyek PEDP dengan mempersiapkan sarana fisik dan sumber daya manusia yang berlokasi di Passo. Perbaikan konstruktif untuk memperkuat PUT sebagai salah satu media kolaborasi teaching factory menjadi catatan-catatan penting dalam pengembangan Polnam ke depan. Selain aspek kelembagaan pada insitusi, beberapa catatan sejarah prestasi dari mahasiswa pada tahun 2017 yaitu partisipasi Polnam melalui Jurusan Teknik Sipil Politeknik dalam Lomba Gazebo Tradisional tingkat nasional yang berlangsung di Politeknik Negeri Malang dan diikuti oleh 15 politeknik negeri di Indonesia. Pada kesempatan itu Polnam meraih juara 1.
